Selasa, 24 September 2019

Trend dan Tantangan Jaman dalam Pengembangan Pendidikan




Dalam suatu pendidikan tentu kita tidak bisa lepas dari istilah komunikasi, karena komunikasi itu merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan, merupakan manisfestasi dari kehidupan itu sendiri. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal yaitu dengan menggunakan kata-kata maupun secara nonverbal dalam bentuk isyarat (gesture), sikap, tingkah laku, gambar-gambar, dan lain-lain. Dari semua kegiatan manusia, kegiatan komunikasi merupakan kegiatan yang mengambil waktu terbanyak. Kebanyakan waktu kita digunakan untuk bercakap-cakap, membaca, menulis, melukis, memeragakan atau memamerkan sesuatu dan semuanya itu merupakan kegiatan-kegiatan berkomunikasi.[1] Perkembangan teknologi komunikasi sendiri telah mengalami empat revolusi dalam bidang komunikasi yaitu:
1.      Dalam hal berbicara, kemampuan manusia berbicara dalam berkomunikasi antara seseorang dengan yang lain merupakan komponen yang harus ada dalam kelengkapan atribut-atribut yang memungkinkan kelompok-kelompok manusia bisa bekerja sama dalam survive, serta berkembang.
2.      Ditemukannya tulisan, tulisan tidak hanya berfungsi sebagai suatu pembantu ingatan, tetapi juga meningkatkan kemungkinan dalam berbagai hal.
3.      Penemuan percetakan, percetakan berfungsi sebagai basis bagi menyebarnya kemampuan melek huruf dan merupakan fondasi untuk terselenggaranya aktivitas pendidikan secara menyeluruh.
4.      Dalam hubungan jarak jauh atau telekomunikasi, dengan ditemukannya barbagai sarana yang memungkinkan manusia berhubungan satu sama lain tanpa harus terhalang oleh factor jarak, kecepatan, dan waktu.[2]
Teknologi informasi sekarang ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa, seperti adanya portofolio elektronik, game dan simulasi komputer, buku digital (e-book), teknologi nirkabel (wireless), dan mobile computing. Perkembangan ini menyebabkan perubahan di bidang pendidikan khususnya bidang teknologi pendidikan. Adapun kemajuan lainnya yaitu:
1.      Mobile Learning, ini merupakan suatu kemajuan baru dalam bentuk hardware maupun software yang membuat ponsel “smart phone” menjadi sebuah alat yang sangat diperlukan. Sama seperti ponsel yang memiliki sambungan tetap leapfrogged teknologi dalam industri telekomunikasi, memberikan kemungkinan bahwa perangkat mobile dengan akses internet akan segera menyusul komputer pribadi sebagai alat informasi pilihan di dalam kelas.
2.      Cloud computing, merupakan suatu aplikasi yang semakin berkembang dari suatu yang berdiri sendiri di atas meja komputer dan server yang disambungkan ke peternakan semakin dapat diakses melalui Internet.
3.      Satu-ke-Satu Komputer merupakan suatu kecenderungan di ruang kelas di seluruh dunia adalah untuk memberikan informasi alat untuk setiap pelajar dan menciptakan lingkungan belajar yang mengandalkan akses universal pada teknologi. Perangkat keras yang terlibat adalah salah satu laptop per anak, sebuah ponsel pintar, atau munculnya kembali tablet, sehingga dalam ruang kelas harus mempersiapkan untuk ketersediaan umum perangkat pembelajaran pribadi.
4.      Belajar bisa dilakukan di mana-mana. Dengan munculnya suatu konektivitas maka semakin kuat pula infrastruktur dan murah komputer, sistem sekolah di seluruh dunia sedang mengembangkan kemampuan untuk menyediakan kesempatan belajar kepada siswa “kapan saja, dan di manapun saja mereka berada”. Trend yang seperti ini memerlukan pemikiran kembali ke tradisional 40 menit dalam pelajaran. Selain perangkat keras dan akses internet, hal ini juga memerlukan ketersediaan virtual mentor atau guru, dan kesempatan bagi rekan-rekan, diri sendiri harus lebih dalam belajar.
5.      Gaming, merupakan suatu survei terbaru yang didalamnya akan memunculkan suatu pengalaman permainan online sehingga akan sangat umum di antara orang muda. Dari adanya permainan yang menawarkan kesempatan untuk meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan masyarakat di kalangan kaum muda. Perlu diketahui bahwa metode pendidikan saat ini terkadang menerapkan suatu permainan edukatif yang dapat lebih efektif menarik minat dan perhatian dari peserta didik.
6.      Personalized, belajar merupakan suatu sistem pendidikan yang semakin menyelidiki penggunaan teknologi untuk lebih memahami basis pengetahuan siswa dari sebelum belajar dan mengajar untuk menyesuaikan perbedaan pembelajaran serta gaya belajar.
7.      Re-definisi ruang belajar ini seperti sekolah-sekolah di seluruh dunia melakukan pemikiran ulang yang paling tepat untuk mengembangkan lingkungan belajar yang kolaboratif, serta membentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa.
8.      Guru menerapkan materi terbuka. Sistem sekolah OECD semakin memberdayakan jaringan guru dan guru untuk mengidentifikasi dan menciptakan sumber daya pembelajaran yang mereka anggap paling efektif dalam kelas. Banyak teks-teks online memungkinkan guru untuk mengedit, menambah, atau menyesuaikan materi untuk tujuan mereka sendiri, sehingga siswa-siswa mereka menerima salinan yang telah disesuaikan dengan tepat sesuai dengan gaya dan kecepatan dari kursus.
9.      Penilaian portofolio yang cerdas ini merupakan suatu langkah dalam pengumpulan, manajemen, dan pengambilan data yang berkaitan dengan pembelajaran akan membantu guru untuk lebih memahami belajar kesenjangan dan menyesuaikan konten dan pendekatan pedagogis. Adapun perkembangan alat-alat yang semakin tersedia bagi siswa untuk mengumpulkan tugas mereka bekerja sama dalam jenis online portofolio.
10.  Adanya guru manajer atau mentor, dalam hal ini peran guru di dalam kelas sedang berubah sehingga banyak guru yang membantu, membimbing siswa melalui jalur pembelajaran individual, mengidentifikasi sumber-sumber belajar yang relevan, menciptakan kesempatan belajar kolaboratif.
Teknologi informasi telah membuka mata dunia akan sebuah dunia baru, interaksi baru, market place baru dan sebuah jaringan bisnis tanpa batas. Disadari betul bahwa perkembangan teknologi yang disebut internet, telah mengubah pola interaksi masyarakat yaitu: interaksi bisnis, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Internet telah memberikan kontribusi yang demikian besar bagi masyarakat, perusahaan atau industri, pemerintah, maupun pendidikan. Internet telah menunjang efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran, terutama peranannya sebagai sumber belajar, sarana komunikasi, publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi atau bahan belajar yang dibutuhkan.
Prospek teknologi informasi menuju era globalisasi memiliki peluang yang sangat besar karena informasi merupakan suatu komoditas terpenting. Adanya penggunaan PC (personal computer), komputer saku (personal pocket computer) akan menggantikan peranan laptop, telepon genggam (handphone), serta teknologi internet telepon atau voice over IP (VoIP) dan Wireless Application Protocol (WAP) akan memudahkan pemakai dalam penggunaan surat elektronik (e-mail) dan pencarian (browsing) informasi di internet, melakukan konferensi jarak jauh (video conference), transaksi perdagangan (e-business), transaksi perbankan (internet banking), mempermudah dalam perdagangan ekspor atau impor dengan menerapkan Electronic Data Interchange (EDI), serta dapat memberikan akses layanan pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan (e-learning) dan lain-lain.
Oleh karena itu, di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: komputer, notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dan sebagainya. Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan (game), musik, dan TV, alat-alat musik, alat olahraga, bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa teknologi informasi sebagai media pembelajaran.
Kemajuan teknologi komunikasi ini sering menyebabkan tidak adanya jarak dan batasan antara satu orang dengan orang lain, kelompok satu dengan kelompok lain, serta antara negara satu dengan negara lain. Komunikasi  antar-negara berlangsung sangat cepat dan mudah. Begitu juga perkembangan informasi lintas dunia dapat dengan mudah diakses melalui teknologi informasi seperti halnya yang bisa diakses melalui internet. Bahkan perlu kita sadari pula bahwa perpindahan uang sekaligus suatu investasi modal oleh para pengusaha asing juga dapat dilakukan dalam hitungan detik.
Melihat kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri yang seperti ini maka apa yang menjadi kebutuhan manusia akan mampu berlangsung dengan amat cepat dan semakin ketat di era globalisasi sehingga akan memungkinkan adanya suatu hal yang menuntut setiap negara untuk berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang mampu membenahi dirinya dengan meningkatkan sumber daya manusianya, kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi sehat tersebut. Maka dari sinilah pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para siswa yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru kalah dan terjatuh dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan pada dinamika era globalisasi tersebut. Dengan demikian, era globalisasi adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan.
Dalam konteks ini akan memerinci berbagai tantangan pendidikan menghadapi era global. Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana meningkatkan produktivitas terkait adanya kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan (continuing development). Kedua, tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasi-komunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan kualitas kehidupan sumber daya manusia. Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Keempat, tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di bidang Iptek, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan ekonomi. Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan (visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar. Kemampuan-kemampuan itu harus dapat diwujudkan dalam proses pendidikan Islam yang berkualitas pula, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, unggul dan profesional, yang pada akhirnya akan dapat menjadi teladan yang dicita-citakan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian terkait lembaga pendidikan islam, secara kuantitas, perkembangan jumlah peserta didik pendidikan formal Indonesia mulai dari tingkat TK hingga jenjang perguruan tinggi (PT) mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Namun, secara kualitas masih tertinggal jauh ketimbang negara-negara lain, baik negara-negara maju, maupun negara-negara anggota ASEAN sekalipun. Institusi pendidikan Islam dituntut mampu menjamin kualitas lulusannya sesuai dengan standar kompetensi global paling tidak mampu mempersiapkan anak didiknya terjun bersaing dengan para tenaga kerja asing sehingga bisa mengantisipasi meledaknya banyak pengangguran terdidik. Di sini harus diakui, bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam ternyata belum siap  menghadapi era pasar bebas. Masih banyak yang harus dibenahi, apakah sistemnya ataukah orang yang terlibat di dalam sistem tersebut.
Kita mengetahui bahwa pada abad 21 merupakan abad pengetahuan, suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Dampaknya adalah perubahan cara pandang orang tua/guru/dosen, serta pola perubahan hubungan antar mereka. Menurut Naisbit (1995) ada 10 kecenderungan besar yang akan terjadi pada pendidikan abad 21 yaitu:
1.         Dari masyarakat industri ke masyarakat informasi
2.         Dari teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi
3.         Dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia
4.         Dari perencanaan jangka pendek ke perencanaan jangka panjang
5.         Dari sentralisasi ke desentralisasi
6.         Dari bantuan institusional ke bantuan diri
7.         Dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris
8.         Dari hierarki-hierarki ke penjaringan
9.         Dari utara ke selatan
10.     Dari atau ke pilihan majemuk.[3]
Jika pengetahuan dijadikan motor penggerak perkembangan industri ekonomi, maka pengrusakan lingkungan mungkin dapat dihentikan, sehingga konsekuensinya adalah diperlukan sumber daya manusia baru yang sesuai permintaan zaman disertai dengan mendidik kembali sumberdaya manusia yang sudah ada untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan masayarakat secara besar-besaran.



[1] Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.97.
[2] Ibid., hlm. 112
[3] Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global, UIN MALIKI Press, Malang, 2012, hlm 207


0 komentar:

Posting Komentar