Dalam suatu
pendidikan tentu kita tidak bisa lepas dari istilah komunikasi, karena
komunikasi itu merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan,
merupakan manisfestasi dari kehidupan itu sendiri. Tindakan komunikasi dapat
dilakukan secara verbal yaitu dengan menggunakan kata-kata maupun secara
nonverbal dalam bentuk isyarat (gesture), sikap, tingkah laku,
gambar-gambar, dan lain-lain. Dari semua kegiatan manusia, kegiatan komunikasi
merupakan kegiatan yang mengambil waktu terbanyak. Kebanyakan waktu kita
digunakan untuk bercakap-cakap, membaca, menulis, melukis, memeragakan atau
memamerkan sesuatu dan semuanya itu merupakan kegiatan-kegiatan berkomunikasi.[1]
Perkembangan teknologi komunikasi sendiri telah mengalami empat revolusi dalam
bidang komunikasi yaitu:
1.
Dalam hal
berbicara, kemampuan manusia berbicara dalam berkomunikasi antara seseorang
dengan yang lain merupakan komponen yang harus ada dalam kelengkapan
atribut-atribut yang memungkinkan kelompok-kelompok manusia bisa bekerja sama
dalam survive, serta berkembang.
2.
Ditemukannya
tulisan, tulisan tidak hanya berfungsi sebagai suatu pembantu ingatan, tetapi
juga meningkatkan kemungkinan dalam berbagai hal.
3.
Penemuan
percetakan, percetakan berfungsi sebagai basis bagi menyebarnya kemampuan melek
huruf dan merupakan fondasi untuk terselenggaranya aktivitas pendidikan secara
menyeluruh.
4.
Dalam hubungan
jarak jauh atau telekomunikasi, dengan ditemukannya barbagai sarana yang memungkinkan
manusia berhubungan satu sama lain tanpa harus terhalang oleh factor jarak,
kecepatan, dan waktu.[2]
Teknologi
informasi sekarang ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa, seperti
adanya portofolio elektronik, game dan simulasi komputer,
buku digital (e-book), teknologi nirkabel (wireless), dan mobile
computing. Perkembangan ini menyebabkan perubahan di bidang pendidikan
khususnya bidang teknologi pendidikan. Adapun kemajuan lainnya yaitu:
1.
Mobile Learning, ini
merupakan suatu kemajuan baru dalam bentuk hardware maupun software yang
membuat ponsel “smart phone” menjadi sebuah alat yang sangat diperlukan.
Sama seperti ponsel yang memiliki sambungan tetap leapfrogged teknologi dalam
industri telekomunikasi, memberikan kemungkinan bahwa perangkat mobile dengan
akses internet akan segera menyusul komputer pribadi sebagai alat informasi
pilihan di dalam kelas.
2.
Cloud computing,
merupakan suatu aplikasi yang semakin berkembang dari suatu yang berdiri
sendiri di atas meja komputer dan server yang disambungkan ke peternakan
semakin dapat diakses melalui Internet.
3.
Satu-ke-Satu
Komputer merupakan suatu kecenderungan di ruang kelas di seluruh dunia adalah
untuk memberikan informasi alat untuk setiap pelajar dan menciptakan lingkungan
belajar yang mengandalkan akses universal pada teknologi. Perangkat keras yang
terlibat adalah salah satu laptop per anak, sebuah ponsel pintar, atau
munculnya kembali tablet, sehingga dalam ruang kelas harus mempersiapkan untuk
ketersediaan umum perangkat pembelajaran pribadi.
4.
Belajar bisa
dilakukan di mana-mana. Dengan munculnya suatu konektivitas maka semakin kuat
pula infrastruktur dan murah komputer, sistem sekolah di seluruh dunia sedang
mengembangkan kemampuan untuk menyediakan kesempatan belajar kepada siswa
“kapan saja, dan di manapun saja mereka berada”. Trend yang seperti ini
memerlukan pemikiran kembali ke tradisional 40 menit dalam pelajaran. Selain
perangkat keras dan akses internet, hal ini juga memerlukan ketersediaan
virtual mentor atau guru, dan kesempatan bagi rekan-rekan, diri sendiri harus
lebih dalam belajar.
5.
Gaming,
merupakan suatu survei terbaru yang didalamnya akan memunculkan suatu
pengalaman permainan online sehingga akan sangat umum di antara orang
muda. Dari adanya permainan yang menawarkan kesempatan untuk meningkatkan
interaksi sosial dan keterlibatan masyarakat di kalangan kaum muda. Perlu
diketahui bahwa metode pendidikan saat ini terkadang menerapkan suatu permainan
edukatif yang dapat lebih efektif menarik minat dan perhatian dari peserta didik.
6.
Personalized,
belajar merupakan suatu sistem pendidikan yang semakin menyelidiki penggunaan
teknologi untuk lebih memahami basis pengetahuan siswa dari sebelum belajar dan
mengajar untuk menyesuaikan perbedaan pembelajaran serta gaya belajar.
7.
Re-definisi
ruang belajar ini seperti sekolah-sekolah di seluruh dunia melakukan pemikiran
ulang yang paling tepat untuk mengembangkan lingkungan belajar yang
kolaboratif, serta membentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa.
8.
Guru menerapkan
materi terbuka. Sistem sekolah OECD semakin memberdayakan jaringan guru dan
guru untuk mengidentifikasi dan menciptakan sumber daya pembelajaran yang
mereka anggap paling efektif dalam kelas. Banyak teks-teks online memungkinkan
guru untuk mengedit, menambah, atau menyesuaikan materi untuk tujuan mereka
sendiri, sehingga siswa-siswa mereka menerima salinan yang telah disesuaikan
dengan tepat sesuai dengan gaya dan kecepatan dari kursus.
9.
Penilaian
portofolio yang cerdas ini merupakan suatu langkah dalam pengumpulan,
manajemen, dan pengambilan data yang berkaitan dengan pembelajaran akan
membantu guru untuk lebih memahami belajar kesenjangan dan menyesuaikan konten
dan pendekatan pedagogis. Adapun perkembangan alat-alat yang semakin tersedia bagi siswa
untuk mengumpulkan tugas mereka bekerja sama dalam jenis online
portofolio.
10.
Adanya guru
manajer atau mentor, dalam hal ini peran guru di dalam kelas sedang berubah
sehingga banyak guru yang membantu, membimbing siswa melalui jalur pembelajaran
individual, mengidentifikasi sumber-sumber belajar yang relevan, menciptakan
kesempatan belajar kolaboratif.
Teknologi informasi telah membuka mata dunia akan sebuah dunia
baru, interaksi baru, market place baru dan sebuah jaringan bisnis tanpa
batas. Disadari betul bahwa perkembangan teknologi yang
disebut internet, telah mengubah pola interaksi masyarakat yaitu: interaksi
bisnis, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Internet telah memberikan
kontribusi yang demikian besar bagi masyarakat, perusahaan atau industri,
pemerintah, maupun pendidikan. Internet telah menunjang efektivitas
dan efisiensi kegiatan pembelajaran, terutama peranannya sebagai sumber
belajar, sarana komunikasi, publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai
informasi atau bahan belajar yang dibutuhkan.
Prospek teknologi informasi menuju era globalisasi memiliki peluang
yang sangat besar karena informasi merupakan suatu komoditas terpenting. Adanya
penggunaan PC (personal computer), komputer saku (personal pocket
computer) akan menggantikan peranan laptop, telepon genggam (handphone),
serta teknologi internet telepon atau voice over IP (VoIP) dan Wireless
Application Protocol (WAP) akan memudahkan pemakai dalam
penggunaan surat elektronik (e-mail) dan pencarian (browsing)
informasi di internet, melakukan konferensi jarak jauh (video conference),
transaksi perdagangan (e-business), transaksi perbankan (internet
banking), mempermudah dalam perdagangan ekspor atau impor dengan menerapkan
Electronic Data Interchange (EDI), serta dapat memberikan akses layanan
pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan (e-learning) dan
lain-lain.
Oleh karena itu, di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan
lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:
komputer, notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, jam tangan
yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk
rumah, kalkulator, dan sebagainya. Videophone bentuk saku dengan
perangkat lunak, akses internet, permainan (game), musik, dan TV,
alat-alat musik, alat olahraga, bingkisan untuk makan siang. Hal itu
menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa
perlengkapan yang bernuansa teknologi informasi sebagai media pembelajaran.
Kemajuan teknologi komunikasi ini sering menyebabkan tidak adanya
jarak dan batasan antara satu orang dengan orang lain, kelompok satu dengan
kelompok lain, serta antara negara satu dengan negara lain. Komunikasi antar-negara berlangsung sangat cepat dan
mudah. Begitu juga perkembangan informasi lintas dunia dapat dengan mudah
diakses melalui teknologi informasi seperti halnya yang bisa diakses melalui
internet. Bahkan perlu kita sadari pula bahwa perpindahan uang sekaligus suatu
investasi modal oleh para pengusaha asing juga dapat dilakukan dalam hitungan
detik.
Melihat kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri yang
seperti ini maka apa yang menjadi kebutuhan manusia akan mampu berlangsung
dengan amat cepat dan semakin ketat di era globalisasi sehingga akan
memungkinkan adanya suatu hal yang menuntut setiap negara untuk berbenah diri
dalam menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang mampu membenahi dirinya
dengan meningkatkan sumber daya manusianya, kemungkinan besar akan mampu
bersaing dalam kompetisi sehat tersebut. Maka dari sinilah pendidikan
diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para
siswa yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru kalah dan
terjatuh dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan pada dinamika era
globalisasi tersebut. Dengan demikian, era globalisasi adalah tantangan besar
bagi dunia pendidikan.
Dalam konteks ini akan memerinci berbagai tantangan pendidikan
menghadapi era global. Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah,
yaitu bagaimana meningkatkan produktivitas terkait adanya kerja nasional serta
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan
meningkatkan pembangunan berkelanjutan (continuing development). Kedua,
tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya era
reformasi dan transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat
tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasi-komunikasi,
serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan kualitas
kehidupan sumber daya manusia. Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang
semakin ketat, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam
menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil pemikiran,
penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Keempat,
tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di bidang Iptek, yang
menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan ekonomi. Semua
tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya saing di
bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang berwawasan
keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan (visioner), rasa
percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan yang
memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar. Kemampuan-kemampuan itu harus
dapat diwujudkan dalam proses pendidikan Islam yang berkualitas pula, sehingga
dapat menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, unggul dan profesional, yang
pada akhirnya akan dapat menjadi teladan yang dicita-citakan untuk kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian terkait lembaga pendidikan islam, secara kuantitas,
perkembangan jumlah peserta didik pendidikan formal Indonesia mulai dari
tingkat TK hingga jenjang perguruan tinggi (PT) mengalami kemajuan yang cukup
signifikan. Namun, secara kualitas masih tertinggal jauh ketimbang
negara-negara lain, baik negara-negara maju, maupun negara-negara anggota ASEAN
sekalipun. Institusi pendidikan Islam dituntut mampu menjamin kualitas
lulusannya sesuai dengan standar kompetensi global paling tidak mampu
mempersiapkan anak didiknya terjun bersaing dengan para tenaga kerja asing
sehingga bisa mengantisipasi meledaknya banyak pengangguran terdidik. Di sini harus
diakui, bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam ternyata belum siap menghadapi era pasar bebas. Masih banyak yang
harus dibenahi, apakah sistemnya ataukah orang yang terlibat di dalam sistem
tersebut.
Kita mengetahui bahwa pada abad 21 merupakan abad pengetahuan,
suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan
spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan
dan lapangan kerja. Dampaknya adalah perubahan cara pandang orang
tua/guru/dosen, serta pola perubahan hubungan antar mereka. Menurut Naisbit
(1995) ada 10 kecenderungan besar yang akan terjadi pada pendidikan abad 21
yaitu:
1.
Dari masyarakat
industri ke masyarakat informasi
2.
Dari teknologi
yang dipaksakan ke teknologi tinggi
3.
Dari ekonomi
nasional ke ekonomi dunia
4.
Dari
perencanaan jangka pendek ke perencanaan jangka panjang
5.
Dari
sentralisasi ke desentralisasi
6.
Dari bantuan
institusional ke bantuan diri
7.
Dari demokrasi
perwakilan ke demokrasi partisipatoris
8.
Dari
hierarki-hierarki ke penjaringan
9.
Dari utara ke
selatan
10.
Dari atau ke
pilihan majemuk.[3]
Jika
pengetahuan dijadikan motor penggerak perkembangan industri ekonomi, maka
pengrusakan lingkungan mungkin dapat dihentikan, sehingga konsekuensinya adalah
diperlukan sumber daya manusia baru yang sesuai permintaan zaman disertai
dengan mendidik kembali sumberdaya manusia yang sudah ada untuk dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan masayarakat secara besar-besaran.
[1] Bambang Warsita, Teknologi
Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.97.
[2] Ibid., hlm. 112
[3] Mulyono, Strategi Pembelajaran
Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global, UIN MALIKI Press, Malang,
2012, hlm 207
0 komentar:
Posting Komentar