Kata Qashash berasal dari
bahas Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata Qishash yang berarti tatabbu’
al-atsar (napak tilas/ mengulang kembali masa lalu). Qishash menurut Muhammad Ismail Ibhrahim yang
berarti “hikayat (dalam bentuk) prosa yang panjang”. sedang menurut Manna
Khalil al-Qattan “qashashtu atsarahu” yang berarti “kisah ialah menelusuri
jejak”. Kata al-qashash adalah bentuk masdar seperti dalam firman Allah QS.
Al-Kahfi : ayat (64) disebutkan:
فآرْتَدَّاعَلاَاَثَارِهِمَا
قَصَصًا
Artinya:
“Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak
mereka semula”.
Maksudnya kedua orang itu kembali mengikuti jejak
darimana keduanya itu datang.
Dan firmanNya melalui lisan ibu Musa, QS.
Al-Qashash: ayat (11) sebagai berikut:
وَقَالَتْ لِأخْتِهِ
قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَن جُنُبٍ وَهُمْ لاَتَسْعُرُونَ
Artinya:
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara
Musa yang perempuan: ikutilah dia”
Maksudnya ikutilah jejaknya sampai kamu melihat
siapa yang mengambilnya.
Secara etimologi (bahasa),
al-qashash mempunyai arti urusan (al-amr), berita (al-khabar), perbuatan
(al-sya’an), dan keadaan (al-hal). Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata
al-Qashsash diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian (riwayat, dan
sebagainya). Menurut Al-Raghib al-Ishfahani, Qashsash adalah akar kata
(mashdar) dari qashsha yaqushshu, secara lughawi konotasinya tak jauh berbeda
dari yang disebutkan di atas, yang dipahami sebagai “cerita yang ditelusuri”
seperti dalam firman Allah swt. Qs Yusuf: ayat (111)
لَ
قَدْكَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ
Artinya:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka
itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunya akal”.
Dengan melihat beberapa
arti Qishshash di atas dapat diambil pengertian bahwa Qishash sama dengan kisah
yang mempunyai arti segala peristiwa, kejadian atau berita yang telah terjadi
dari suatu cerita.
Adapun yang dimaksud
dengan Qashashul Qur’an adalah
“Pemberitaan mengenai keadaan umat
terdahulu, nabi-nabi terdahulu, dan peristiwa yang pernah terjadi”.
Menurut perspektif al-Qur’an, Allah swt.
mengungkapkan diriNya melalui peristiwa-peristwa, namun wahyuNya menggunakan
tema-tema yang sudah terkenal dan dinyatakan kembali sampai orang-orang beriman
meresapinya. Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa
lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negera-negera dan peninggalan atau jejak
setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik.
Berdasarkan pengertian di atas,
maka dapat dikatakan, bahwa pada kisah-kisah yang dimuat dalam Al-Qur’an
semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal,
dongeng. Jadi bukan seperti tuduhan sebagian orientalis bahwa al Quran ada yang
tidak cocok dengan fakta sejarah.1[1]
[1] http://parawali99.blogspot.com/2017/03/makalah-qashash-al-quran-ulumul-qur-an.html?m=1 diakses 21 November 2018 pukul 21:15
0 komentar:
Posting Komentar